BAB 1
Natra
Sudah dua bulan Natra sekolah di SMAN 76 di Jakarta, umurnya 16 tahun, dan dia duduk di bangku XA.
“hay Nat lagi apa loe? serius banget”, tanya Reny sahabat dekat Natra dari mereka duduk dibangku SD (Sekolah Dasar), sebenernya Natra memiliki sahabat tiga orang lagi yang bernama Tian dan Tya bersahabat dengan Natra dari mereka duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) sedangkan Adit bergabung di genk dodol garut dari pertama meraka masuk sekolah di SMAN 76.
Mungkin karna mereka sering belajar bareng dan menjadi sahabat yang bisa mereka sebut dengan genk dodol garut.
Mungkin banyak ornag yang bertanya-tanya kenapa Natra dan teman-temannya memberi nama genk mereka dengan sebutan genk dodol garut?
Karna mereka semua di pertemukan disalah satu acara promo “Dodol Indonesia”, selain itu mereka juga salah satu pernggemar dodol, jadi mereka ingin persahabatan mereka seperti asam manisnya dodol yang memiliki proses yang panjang untuk mendapatkan rasa yang sempurna.
“eh temen-temen gue denger ada siswa baru yang dari kota bandung yang mau sekolah disini, katanya si keren.” Reny yang selalu heboh mulutnya kalau ngeliat atau mendengar gosip tentang cowok keren,
“ya ialah dia kan saudara gue, tapi awas yach kalau ada yang suka, soalnya dia kan cowoknya temen gue di bandung jadi gue harus ngejaga dia disini.” Jawab Vika dari bangku kedua dekat guru.
“Emangnya sekeren apa sich sampe-sampe Reny kaya gitu?” Tanya Natra ke Vika yang sedang asik memainkan handphonenya,
“ya menurut temen gue sich keren tapi menurut gue sich enggak dech.” Jawab Vika yang langsung memasukan handphonenya kedalam tasnya.
“OH..gitu yach.”jawab Natra dengan nada yang tidak bersemangat.
Pak yadi pun langsung memasuki kelas XA dan membawa seorang laki-laki yang di sebut-sebut oleh Reny tadi.
“Anak-anak jangan berisik, hari ini kita kedatangan seorang murid baru yang bernama Putra dia dari bandung dan dia bersaudara dengan Vika, ya sudah perkenalannya nanti saja istirahat sekarang kamu duduk di depan dekat tian.”pak guru yang menunjuk jarinya kearah Tian.
“baik pak.” Jawab laki-laki yang tingginya 185 cm dan hitam manis.
“ya ampun keren banget.” Teriak Reny dari bangku belakang.
“uuuuhhhhh.” Sorak anak-anak heboh.
“mulai dech si Reny hebohnya.”
“ya sudah lah, loe kaya baru kenal dia aja.” Jawab Natra menenangkan Tya.
***
Teeettt….. Teeettt…. Teeettt….. (Bel istirahat)
“Nat ke kantin yuk?” ajak Reny sambl menarik-narik tangan Natra.
“enggak dech gue enggak mau makan gue mau di kelas aja.”
“ya udah gue duluan yach.” Reny pun langsung menuju bangku Putra (anak baru di kelas)
“hey lagi apa? enggak keluar?”
“enggak dech makasih gue di kelas aja.”
“loch kenapa?”
“enggak dech makasih.”
“udh gue bilang loe jangan deket-deket saudara gue, dia itu udah ada yang punya.” Jawab Vika yang dari tadi memperhatikan Putra yang sedang di ganggu oleh Reny. Reny pun memelas dan menjauh dari tempat itu. Di sisi lain Natra dan Tian sedang bertengkar karna Tian mencuri permen gagang yang sedang Natra pegang.
“kaya anak kecil aja loe Tian, ngisengin Natra terus.” Jawab Adit yang dari tadi sudah memperhatikan kelakuan Ntra dan Tian.
“gak bisa Dit, gue enggak bisa kalau seharian enggak ngejailin Natra.hehe”jawab Tian dengan senyumnya yang licik terhadap Natra.
“tau ne jadi orang enggak bisa apa bikin sohibnya seneng sehari aja ma permen gagang gue sendiri?”
***
Teeett…. Teeett… Teeett… (Bel berakhirnya istirahat)
“Nat besok jadi kan belajar di rumah loe?”
“ya jadi downk, emangnya kenapa?, Biasanya loe kalau di suruh belajar kelompok paling males.” Ledek Natra kepada Reny.
“soalnya gue mau ngajak Putra buat ikutan, soalnya bentar lagi mau ujian jadi w ajak aja dia, biar dia bisa ngejar pelajaran yang tertinggal.”
“supaya pelajarannya gak ketinggalan apa supaya loe gampang buat PDKT ?”
“ya bisa dua-duanya juga sich.”
“dasar, boleh aja ko.”
“thank ya Nat, loe emang sahabat gue yang terbaik.”
Putra
“oya Tian cewek yang duduk di depan itu, cewek loe yach?”
“apa cewek? Oya loe belum tau yach kalau gue ma dia sohib, lupa gue kalau loe anak baru.”
“tapi ko kayanya loe deket bgt sich sama dia kaya orang pacaran aja.”
“ya enggak lah, gue kan ma dia sahabatan apa lagi di dalam undang-undang dodol garut dilarang keras buat pacaran sesama genk soalnya takut ngerusak persahabatan, apa lagi dia orang yang susah buat jatuh cinta.”
“gue kira loe pacaran sama dia, abis kayanya loe deket banget ma dia.”
“emangnya kenapa? Loe suka yach sama dia?”
“ah enggak ko gue cuma Tanya aja, abis loe enggak pernah ngomong sih sama gue kalau loe punya teman baik.”
“gimana mau cerita tentang gue kalau loe aja di sini anak baru.”
“ya maaf.”
***
Teeett… Teeett… Teeett… (Bel pulang)
“tapi apa gue suka sama dia? Kan gue belum kenal dia lebih jauh, apa lagi gue denger-denger ada orang yang lagi pedekate sama dia, gue jadi enggak yakin bisa deket lagi sama dia.” Tanya Putra dalam hati yang sedang kebingungan dengan perasaannya itu.
“eh kenapa loe bengong kaya gitu?” Tanya Vika yang mengagetkannya.
“enggak kenapa-napa ko.”
“gimana loe betah gak di sini?”
“ya begitu, sekalian gue ngilangin rasa sayang gue ke Ana, yang udah bikin gue sakit hati.”
“tapi loe gak marah kan sama gue?”
“ya ngapain juga gue marah sama loe? Loe kan gak salah apa-apa.”
Ana adalah seorang yang pernah Putra sayang, dia itu pacar pertamanya sewaktu Putra masih duduk di bangku smp, Ana memutuskan hubungannya dengan Putra hanya karena dia tidak bisa berhubungan jarak jauh dengan Putra. Mungkin tuhan berkehendak lain, Ana malah memutuskan hubungannya dengan Putra, di saat dia sudah merasa sayang banget sama Ana.
Natra
Seorang laki-laki yang berjalan dari luar kelas, bernama Excel itu mendekati Natra dan teman-temannya, dengan gaya so’coolnya itu, Excel itu orang yang tergolong cowok cool di sekolah dengan badannya yang atletik, mukanya yang cute dan gayanya yang cool, banyak cewek-cewek yang suka dengan gaya dan mukanya itu, dia pun berjalan mendekati ku yang sedang duduk didekat Reny.
“hay Nat nanti sore jalan yuk?”
“boleh ko Xel, Natra malah seneng banget loe ajak jalan.”
“ya udah nanti gue tunggu di taman jam 3 sore key, awas jangan lupa.” Jawab Excel yang ngedipkan matanya itu ke arah Natra, yang terlihat gembira saat dia mendengar Reny menerima ajakannya. Dia pun langsung pergi dengan teman-temannya itu keluar kelas.
“loe apa-apaan sich gue kan belum tentu mau sama ajakan dia, loe ko malah langsung terima gitu aja sich?”
“kenapa? Emangnya loe mau batalin gitu aja? Apa loe masih trauma sama yang namanya cowok? Ini kesempatan loe buat gak terhindar lagi sama yang namanya cinta, siapa tau dengan dekatnya hubungan loe sama Excel, loe bisa ngerasain yang namanya jatuh cinta, apa lagi Excel itukan salah satu cowok keren and cool juga do sekolah.”
“oke gue terima, tapi kali ini aja yach loe terima ajakan dia laen kali no wey.”
“okey gue janji, selanjutnya terserah loe aja mau apa enggak sama ajakan dia.”jawab Reny dengan senyum bahagia.
***
Sorenya Natra pun menunggu Excel di taman jam 3 sore, dan beberapa menit kemudian Excel pun datang menemuinya di taman dengan menggunakan motor tigernya yang berwarna biru dan kaos hitam yang ketat sehingga postur tubuhnya itu terlihat seperti atletik, celana jeans yang berwarna biru dongker itu menghiasi kakinya yang agak panjang, sedangkan Natra hanya memakai kaos biru yang bergambar love dan memakai celana jeans pendek.
“udah lama nunggunya?”
“baru sich gak kurang dari 5 menit, emangnya loe mau ajak gue kemana?”
“ya loe duduk aja dulu di motor nanti juga loe bakalan tau mau kemana.” Tanpa basa-basi pun Natra langsung menaiki motor excel itu.dan kami pun segera pergi dari tempat itu juga.
Putra
“Apa gue salah buat jatuh cinta lagi ? apa gue harus tinggalin Ana untuk selamanya ? tapi gue gak yakin dengan perasa’an gue sendiri yang sudah melupakan Ana dari pikiran gue. Apa mungkin dengan adanya cewek baru di kehidupan gue, gue bisa melupakan Ana?” Tanya Putra dalam hati yang sedang melihat bintang-bintang di angkasa, Putra pun langsung mengambil selembar kertas dan mulai menulis sebuah puisi atau bisa di sebut kata-kata.
Bulan, kenapa kau tersenyum saat kau tau hatiku sedang menangis
Kenapa kau tak sedikit pun merasa apa yang telah ku rasakan saat ini
Apa ini suatu bertanda bahwa akan ada kebahagiaan mendekatiku
Tapi sampai kapan aku akan selalu menunggu saat itu tiba
Apa kau akan memberiku sebuah kebahagiaan di saatnya tiba
Aku tau ini semua pasti akan ada hikmahnya
Dan aku akan menunggu saat itu tiba kapan pun waktunya
Karna aku mengerti arti senyumanmua saat ini.
Took Tok Tok…
Suara dari pintu mengagetkannya dengan seketika, lalu segera Putra simpan kertas itu di salah satu buku yang tergeletak di meja belajarnya.
“siapa?”
“ini gue Vika.”
“ya udah masuk aja pintunya gak di kunci ko.”
“loe lagi sibuk yach?”
“enggak ko biasa aja lagi iseng-iseng aja nyari inspirasi buat nulis puisi.”
“oh. Gimana tadi di sekolah enak gak?”
“biasa aja ko gak ada yang istimewa.”
“loe bohong yach ma gue?”
“bener ko, emangnya kenapa? Tumben loe tanya kaya gitu sama gue.”
“ya gue liat loe dari tadi di sekolah kaya loe lagi memperhatikan seseorang dech?”
“maksudnya?”
“alah jangan pura-pura dech loe, gue kan kenal loe bukan sehari atau dua hari, udh ngaku aja sama gue”
“ia dech gue ngaku, tadi gue lagi meratiin temannya Tian yang duduk paling depan itu, orangnya cantik juga, kayanya kalau gue bisa jadian sama dia gue bisa lupain si Ana, menurut loe gimana ?.”
“loe suka sama Natra?”
“ia, emangnya kenapa?”
“mendingan loe jauhin dech tuch si Natra, dari pada loe kenapa-napa.”
“emangnya kenapa sich gue gak boleh deket-deket sama dia? “
“pokonya loe jangan deket-deket sama dia.” Jawab Vika yang pergi meninggalkan kamar gue.
“tapi kenapa?” suaraku yang keras tetap di huraukan dengan Vika, yang langsung menghilang dari pandanganku.
Dan di malam harinya Putra pun tidak bisa tertidur karena masih memikirkan hal tersebut yang di katakan Vika saat pembicaraan tadi di kamarnya.
Natra
Bib… Bib… Bib… Bib… (bunyi handphone) jam menunjukan jam 1 malam.
“siapa sich yang nelpon malem-malem begini, gak tau apa orang lagi tidur.” Jawabku kesal yang sedang tidur terbangun dengan suara handphone N97, dan ternyata Reny yang menelpon Natra, Natrapun segera mengangkatnya.
“ada apa sich Ren malem-malem nelpon? Gak tau apa sekarang udah jam berapa?”
“gimana tadi datenya?”
“udah gue certain besok aja yach, gue udah ngantuk banget ne, dah.” Natra pun langsung memputus pembicaraan ku dengan Reny.
***
Bab 2
Natra
“Kriinnnngggg… Krriiinnngggg… Krriiiinnngg..” (Jam alarm)
“Natra bangun sudah waktunya shalat subuh.”
“ia bun bentar lagi Natra juga bangun ko.”
“eh, sudah pagi tuch kamu kan belum shalat subuh, ayo shalat dulu, nanti sekolahnya terlambat lagi, ayo nak bunda yang cantik bangun.”
“ia nich Natra udah bangun.”
Setelah selesai mandi Natra pun langsung menuju kamar kak Fardan, kakak laki-lakinya yang kuliah di UI (Universitas Indonesia) fakulitas hukum itu, yang masih tertidur pulas.
“kak Fardan bangun, anterin aku ke sekolah”
“kamu ngapain sich ganggu kakak? Kakakkan lagi tidur.”
“ka Fardan harus anterin aku ke sekolah, wajib mesti gak pake lama”
“Ia ia, tapi kamu panasin dulu motornya” dengan gaya ngantuknya pun dia menyuruh Natra untuk memanasi motor Yamaha TZR 50 yang berwarna silver miliknya itu.
***
Beberapa saat kemudian Natra pun tiba ke sekolah, tiba-tiba Adit salah satu temanya mendekatinya.
“Nat ada PR gak?” tanyanya simpel dan tak ada basa-basi, dia anak salah satu terpinter di sekolah, berbadan atletik berkulit hitam manis, dan dia adalah seorang laki-laki yang berpakai kacamata di kelas, mungkin kacamatanya itu salah satu penyebab dari dia yang suka sekali baca buku sehingga anak-anak di kelas memberi julukan kutu buku, tapi tetap di mata Natra dan sahabatnya dia itu guru ke dua setelah guru di sekolah, karna dia tidak pernah menolak untuk mengajari Natra dan teman-temannya yang belum mengerti tetang pelajaran.
“ko diem sich Nat?”
“oh gak papa ko, cuma tadi ada yang lewat dipikiran gue aja.”
“Oh gue kira loe kenapa, jangan kebanyakan bengong nanti ayam tetangga mati loch.” Natra dan Adit pun langsung tertawa serentak.
“ada apa sich kayanya seru banget?”
“ah loe mau tau aja.”
“oya Nat gimana acara ngedatenya sama Excel kemarin?”
“biasa saja ko, memangnya kenapa?”
“enggak apa-apa, gue cuma mau tau aja perkembangan cinta sahabat gue yang satu ini kaya apa.” Jawab Reny yang merangkul Natra dengan senyuman, Adit pun langsung pergi dari hadapannya dan Reny.
“Dit mau kemana?” Dan dia pun tak menoleh sedikit pun kepada Natra dan Reny.
“Hey, ada apa? Kayanya serius banget.”
“ini Ti teman kita yang satu ini sedang memulai PDKT lagi sama cowok baru, kemarin aja udh mulai ngedate.”
“bohong-bohong gue ma Excel gak ada apa-apa ko.”
“oh, namanya Excel.”
“terus loe kemarin kemana sama Excel?”
“ke tempat tongkrongannya yang di kawasan merpati indah.” Jawab Natra yang agak sedikit gugup. Reny dan Tya pun meledek-ledekinya, disaat mereka tertawa perasaan Natra sedikit kaget melihat sesosok perempuan yang memperhatikan dirinya.
Putra
“Put mau bareng gak?” Tanya Vika yang dari tadi sudah menunggunya di tempat ruang tamu.
“loe duluan, gue masih lama, jadi dari pada loe telat mendingan loe duluan aja.” Teriak Putra dari dalam kamarnya.
“ya sudah gue duluan yach.”
“ia ia.”jawab Putra sambil mencari-cari barang yang sangat istimewa baginya, ternyata barang itu bersembunyi di dalam saku celananya, hampir saja Dia marah–marah karna barang itu hilang, Putra pun langsung mengendarai mobil jaguar C-XF miliknya yang di hadiahi dari ayahnya tahun lalu.
Saat Putra berjalan menuju kelas banyak mata menuju kepadanya, ada yang melihatunya dengan sinis dan ada yang melihatnya dengan senyum-senyum, Putra pun membalas dengan senyuman itu, lalu Dia lanjutkan prejalan menuju kelas XA.
Sesampainya Dia di kelas, Putra melihat segerombolan anak perempuan yang di pojok depan dekat bangku guru sedang tertawa bahagia, tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini entah bahagia atau hanya menyakiti perasaannya, tapi Dia bahagia melihat perempuan itu tersenyum.
“woy kenapa loe senyum-senyum sendirian?” Tanya Tian yang mengagetkannya dari belakang.
“gak apa-apa ko, loe baru datang juga?”
“iya gue baru datang, loe ngapain dari tadi gue liat loe senyum-senyum sendirian?”
“tuch kan baru aja di tanya, loe udah sentum-senyum sendiri lagi, loe kenapa sich? Sakit? Udah minum obat?”
“enak aja loe kalau ngomong gue masih sehat-sehat aja tau.”
“lagian loe gue tanya malah senyum-senyum gak jelas.”
“sorry dech, abis temen loe lucu juga yach kalau lagi ketawa.”
“oh natra, emangnya kenapa? Loe suka sama dia?”
“enggak, gue cuma heran aja ngeliat dia, abis gue suka liat dia jutex, kadang-kadang tersenyum terus gak tau mana yang lucu dia ketawa.” Tian pun langsung tertawa mendengar perkataannya,
“kok loe ketawa sich? Emangnya lucu yach?”
“abis loe lucu sich, dia kan emang murah senyum, jadi wajar aja kalau dia suka senyum-senyum.” Jelas tian yang tidak mau berhenti tertawa itu.
“udah ah jangan ketawa terus bentar lagi masuk tuch.”
“abisnya loe lucu.” Jawab tian yang tidak mau kalah.
***
Natra
Teeeettt…. Teeeettt….. Teeeettt… (Bel pulang)
Bel pulang pun berbunyi saat jam nenujukan pukul 12 siang, Natra pun langsung membereskan peralatan-peralatannya yang berantakan di atas meja, ketika Dia memeriksa laci mejanya ada sesuatu barang yang membuatnya terkejut, “ apa ini?” tanyanya heran sambil mengabil barang tersebut.
“ada apa Nat kayanya serius banget?” tanya Tya yang melihat Natra sedang memegang barang tersebut.
“gak tau nich tiba-tiba aja ini barang ada di dalam lemari gue.” Jawab Natra sambil memperlihatkan barang tersebut yang dibungkus oleh plastik hitam.
“coba loe buka siapa tau itu barang punya loe atau juga punya anak-anak yang ketinggalan di kelas.” Jawab Tya dengan rasa penasaran. Lalu Reny, Adit dan Tian pun datang menghampiri Natra dan Tya.
“ada apa Nat?” tanya Tian yang heran melihat bungkusan yang Natra pegang.
“gak tau nich tina-tiba aja ada didalam lemari meja gue.” Jawab Natra dengan rasa bingung.
“yaudah coba loe buka.” Jawab Adit yang berdiri di dekat Reny. Setelah Dia buka isinya sebuah boneka yang berlumuran darah, Natra dan anak-anak dodol garut pun kaget melihat barang tersebut, sehingga dengan spontan Natra melempernya keluar kelas, dan tiba-tiba saja tiga perempuan berwajah penuh dengan bedak itu memasuki kelas XA dan mereka berjalan menuju tempat Natra.
“udah dapat kado dari kita?” tanya salah satu perempuan berbadang tinggi dan langsing berkulit putih.
“oh, jadi ini barang dari loe.” Tanya Tian yang rada kesal hingga ia mengulurkan tangannya seperti ingin memukul seseorang. “udah lah mereka kan cewek gak mungkinkan loe berantem sama cewek.” Tanya Adit yang terus menghalangi emosi Tian.
“loe siapa? Dan mau apa loe ngasih barang kaya gitu sama gue?” tanya Natra kesal.
“gue Tania gak penting loe tau kenapa gue kasih barang itu sama loe, yang penting loe jauhin si Excel, karna Excel itu milik gue bukan milik loe, kalau loe masih deketin Excel nasib loe bakalan sama kaya itu boneka.” Jawab cewek yang mengaku Tania itu sambil menujukkan jarinya kearah boneka yang dilumuri darah itu, Adit pun langsung menampar Tania.
“Adit.” Teriak Natra spontan yang kaget melihat tingkah Adit yang menampar Tania.
“eh cewek, Natra sama Excel itu gak ada apa-apa, Excelnya aja yang kegenitan sama Natra, loe bilang dech sama Excel jangan suka ganggu-ganggu hidup Natra.”
“inget Nat loe jangan sekali-kali lagi deketin Excel, kalau gak.”
“kalau gak apa? Pergi loe dari sini.”
“Dit, loe kenapa sich tadi loe pake tampar cewek itu?”
“gue gak terima aja Nat loe digituin sama cewek yang gak jelas.”
“tadi loe haling-halangin gue buat mukul tuch cewek, kenapa jadi loe yang nampar dia?”
“yaudah-yaudah mendingan kita pulang yuk, udah sepi nich sekolahan.” Jawab Tya yang mencairkan suasana.
***
Putra
Teeeettt…. Teeeettt….. Teeeettt… (Bel pulang)
Saat bel berbunyi Putra pun langsung berjalan menuju tempat parkiran, tiba- tiba saja Dia melihat segerombolan cewek berjalan menuju kelas XA, entah apa yang akan di lakukan mereka di kelasnya.
“Put, Putra.” Teriak seorang cewek dari belakangnya, yang berjalan mendekati Putra.
“loe Ran, ada apa Ran loe panggil gue?”
“ gue boleh ngomong bentar gak ma loe?”
“boleh emangnya, ada apa Ran?” jawab Putra yang agak sedikit heran, Putra dan Ranty pun berjalan menuju kantin sekolah, dan kami duduk di salah satu bangku dekat pohon jambu.
“ada apa Ran? Loe panggil gue.”
“gue denger-denger loe suka yach sama Natra, nak cewek sekelas loe.”
“kata siapa loe? Bohong tuch.”
“alah gak usah bohong loe, gue tau ko loe suka sama dia, coz di atas kepala loe keliatan kalau loe suka sama dia” jawab Ranty yang menunjuk kearah atas kepala gue. “mau gue comblangin sama Natra?”
“gak usah gue bisa sendiri kok.”
“oke kalau itu mau loe, gue cabut dulu coz gue ada pelajaran tambahan buat ujian bulan depan.”
“key gue juga lagi buru-buru, oya loe jangan kasih tau sama vika yach kalau gue suka sama Natra?” tanya Putra agak sedikit gugup, sambil mengangkat tangannya seperti orang yang meminta.
“tenang aja, semua pasti beres.”
Putra pun langsung menuju tempat parkiran yang tidak jauh dari situ, dan segera menuju toko buku yang tidak jauh dari sekolah, karna Dia masih tidak tau daerah di sekitar sini. Setelah Putra sampai di tempat tujuan, dia melihat sesosok yang sepertinya sudah tidak asing lagi di matanya, Putra pun langsung mendekatinya yang ternyata sesosok wanita itu adalah Natra.
“hay, Lagi ngapain di sini? Gak sama yang lain?”
“hay juga, lagi cari-cari buku cerita aja kok, yang lain kebetulan udah pada pulang, loe sendiri lagi ngapain disini?”
“oh. Gue disini lagi liat-liat majalah otomotif, oya kalau gue boleh tau nama loe siapa yach?”
“nama gue Natra, loe Putra kan nak pindahan dari bandung?”
“ia gue pindahan dari bandung.”
Natra pun melihat jam yang sedang ia pakai yang menunjukan pukul 14:00 sore.
“maaf yach kayanya gue harus pergi duluan dech, soalnya ada yang harus gue selesaikan.”
“ia gak apa-apa.”
Natra pun langsung pergi kekasir untuk membayar buku yang ia pilih, Putra yang melihatnya penuh tanya dan segera mengikutinya dari belakang.
Setelah sampai di tempat tujuan Putra pun makin bertanya-tanya, “sedang apa Natra di tempat panti asuhan Kasih Ibu ? anak-anak kecil itu memanggil Natra dengan sebutan kakak bidadari, lalu siapa laki-laki yang menghampiri Natra itu?”
Natra
“kak bidadari datang.” Teriak Bimo salah satu anak berbadan besar yang langsung memeluk Natra, lalu di ikuti dengan anak-anak yang lain.
“kak bidadari kok lama datengya? Kan kasihan kak Rendy gak ada temennya.” Tanya gesya perempuan mungil berbaju pink.
“maaf ya sayang kakak baru datang, soalnya kakak beli ini.” Jawab Natra sambil menyodorkan buku cerita yang tadi aku beli, anak-anak itu pun langsung berebut untuk mengambil buku tersebut, “jangan lupa di baca ya sayang, nanti kakak mau kalian menceritakan buku itu.”
“eh, nak Natra sudah datang.” Tanya ibu ratih pemilik panti asuhan Kasih Ibu.
“ia bu baru saja datang.”
“ya sudah, ibu ke belakang dulu soalnya ibu mau mengerjakan perkerjaan ibu yang belum selesai tadi, nak Natra duduk saja dulu, nanti ibu panggilkan bu anty untuk membuatkan nak Natra minum.”
“gak usah bu biar saya aja nanti yang buat minum sendiri.”
“ya sudah ibu masuk dulu yach.” Ibu Ratih langsung pergi meninggalkan Natra dan Rendy.
“aku kira kamu gak jadi datang.”
“kalau aku gak datang, gak mungkin donk aku ada disini.”
“oya, aku lupa, ngomong-ngomong gimana sama Fardan, sudah selesai skripsinya?”
“oh kak Fardan, kemarin sih bilangnya tinggal dikit lagi, kak Rendy aku masuk dulu ya.”
“yaudah yuk kakak juga mau masuk.” Natra dan Rendy pun masuk ke dalam Panti itu.
Malam telah larut Natra pun berpamit untuk segera pulang kepada ibu Ratih dan ibu Anty, yang diantarkan pulang dengan Rendy salah satu relawan yang ikut mangurusi Panti Asuhan Kasih Ibu. Sesampainya di halaman rumah Natra, Rendy pun berpamitan pulang sambil membawa mobil BMW hitam miliknya itu.
“kamu kan ibu masa tidak bisa menjaga anak-anak, malah keluyuran gak jelas.”
“siapa yang keluyuran gak jelas? Saya pergi buat kerja, apa mas pernah memberi saya uang untuk keperluan dapur? Mas sendiri pulang larut malam, gak tau apa yang dikerjakan.”
“saya pulang malam karna ada rapat penting yang gak mungkin di tinggal.”
“Natra kamu sudah pulang.” Jawab ibunya Natra saat dia melihat Natra yang sudah berada di depan pintu.
“abis dari mana kamu? Malam-malam baru pulang.”
“dari rumah temen Yah.” Jawab Natra murung.
“ya sudah kamu tidur ya sayang, jangan lupa ganti baju.”
“ia bunda.” Jawab Natra yang melangkah menuju pintu kamarnya.
“anak didikan kamu itu, keluyuran malam-malam gak jelas.”
“kamu juga gak bisa salahin aku donk, kalau ayahnya saja pulang larut malam.”
“ya saya kan kerja.”
“kerja apa nyeleweng sama wanita lain?”
“kamu tu ya."
“kenapa sich ayah sama bunda bertengkar terus, bisa gak sich sehari aja mereka akur, dan menghargai propesinya satu sama lain, apa yang harus aku perbuat supaya mereka baikan?” bathin Natra yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.
***
Senin, 16 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar